Dalam Berjalan | On Walking

By and | 4 November 2012

Dalam Berjalan

Selalu dan senantiasa sama,
satu kaki di depan yang lain:
suatu tindakan pemberontakan
pada masa emisi karbon:
kau mengklaim kembali waktu
yang telah hilang
ketika kau berjalan.
Demikianlah caranya jarak, hari dan impian dilewati
dengan irama langkah yang pasti,
satu kaki, di depan
yang lain.

Aku telah berjalan melewati
sebuah rumah yang tertutup rimbun kebun,
jendela berkilau lindap melewati
gesekan daun-daun yang saling bertumbukan
Seorang ayah bermain kriket dengan anaknya
di taman, di luar waktu, sebuah peringatan
bahwa itulah yang seharusnya kulakukan:
Orang-orang tak bersuara dalam keremangan
gereja yang pintunya terbuka, menunggu
kabar yang tak akan membantu mereka.

Berjalan itu semudah menarik nafas, namun lebih penting:
Berjalan menjaga jarak yang sama antara
kelahiran
dan kematian.


On Walking

It is only ever
one foot in front of the other:
an act of rebellion
in the age of emissions:
you claim back time
you’ve lost
when you walk.
In this way,
distances, days and dreams are crossed
in the rhythm of the deliberate step,
one foot, in front
of the other.

I have walked past
A house being swallowed by its own garden,
windows glinting defiantly through the
violence of collided leaves:
A father playing cricket with his son
in the park, outside time, a reminder that
that’s what I should be doing:
People quiet in the shadows
beyond open church doors, waiting
for the news that won’t help them.

Walking is as simple as breathing, though more important:
Walking maintains an equal distance between
birth
and death.

This entry was posted in 53: INDONESIA and tagged , . Bookmark the permalink.

Related work: