CONTRIBUTORS

Acep Zamzam Noor

Lahir pada 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, seorang penyair dan pelukis. Lulus dari Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung pada (1980-1987), ia mendapat beasiswa belajar dan berkarya seni lukis di Universitá Italiana per Stranieri, Italia (1991-1993). Sebagai penyair, Acep Zamzam Noor adalah satu dari sedikit penyair kelahiran dasawarsa 60-an yang masih bertahan hingga sekarang. Ia mulai dikenal dan diperhitungkan pada dekade 80-an, dikenal dengan puisi-puisi religius yang banyak memanfaatkan simbol-simbol alam sebagai perabot ucapnya. Ia kini merambah tema sosial dan yang kemudian dikenal sebagai sastra pesantren. Ia tergolong penulis produktif, telah menerbitkan lebih dari 12 antologi sajak tunggal dan kerap meraih penghargaan bergengsi. Kumpulan sajaknya yang pertama Tamparlah Mukaku! (1982) memenangi Penulisan Karya Sastra Depdiknas (2000), Jalan Menuju Rumahmu (2004) meraih South East Asian (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (2005) Menjadi Penyair Lagi (2007) memenangkan Khatulistiwa Literary Award (2007) dan kumpulan puisinya dalam bahasa Sunda, Paguneman (2012) mengantarkannya menjadi peraih Hadiah Rancage (2012), penghargaan bagi orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi pengembangan bahasa dan sastra daerah. Ia juga sering diundang ke berbagai perhelatan sastra nasional dan internasional, seperti: ASEAN Writers Conference di Singapura (1995), Istiqlal International Poetry Reading, Utan Kayu International Literary Biennale (2007), dll. Kini ia tinggal desa kelahirannya dan giat memotori Sanggar Sastra Tasik dan Komunitas Azan yang dirintisnya.
Acep Zamzam Noor was born 28 February 1960 in Tasikmalaya, West Java. He is both a poet and a painter. After graduating with a degree in painting from the Institute of Technology in Bandung in 1987, he received a scholarship to study painting at the Universitá Italiana per Stranieri in Italy between 1991 and 1993. He became known in the 1980s for his religious poetry that made use of symbols from nature. He has published more than twelve anthologies of poems. His first collection, Tamparlah Mukaku! (Slap My Face!, 1982), won a writing award from the Ministry of Education in 2000. His collection, Jalan Menuju Rumahmu (The Road Leading to my Home, 2004) received the South East Asian (SEA) Write Award from the kingdom of Thailand in 2005 and his collection of poems in Sundanese, Paguneman (A Discussion, 2012) earned him the Rancagé Award (2012), given for service in the development of local languages and literature.

A Poet Once More | Menjadi Penyair Lagi

A Poet Once More I found strands of your hair, Melva, in Karang Setra On the smooth ceramic floor. I always think of you When I see ads for soap, shampoo, and toothpaste Or dangdut singers on the tv. Now, …

Posted in 53: INDONESIA | Tagged ,